assalamu'alaikum

SELAMAT DATANG DI BLOG KELUARGA BESAR GP ANSOR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT PROPINSI LAMPUNG//TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA//SARAN DAN KRITIK HP 085266750944//E-MAIL gpansortubabarat@yahoo.com

TOPIK UTAMA

Selasa, 31 Agustus 2010

Aswaja dan Arah Baru Perjuangan NU

Aswaja, sampai sekarang ini ternyata masih banyak dipahami sebagai sebuah paham (mazhab) keagamaan. Hanya kalangan tertentu yang menjadikan manhaj al-fikr (metode berfikir). Tanpa dibarengi dengan metodologi yang cukup, maka sulit mengejawantahkan Aswaja sebagai sebuah metode/jalan untuk berpikir. Dengan demikian, saat ini pun, Aswaja tetap dimaknai pada ruang yang sama sebagaimana tahun-tahun pertama organisasi induknya (NU) ini didirikan. Sampai saat ini Aswaja masih dipahami setengah hati oleh kader-kader NU. Dalam hal ini, dapat dibedakan tipologi kader NU menjadi tiga variable.
  1. Pertama, adalah kader kultural. Kader jenis ini menempati angka tertinggi berdasarkan data kuantitatif. Mereka lahir di tengah masyarakat agraris dan pesantren yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Kelompok ini hanya memahami NU dan segala perkembangan pemikiran yang ada di dalamnya sebatas pada wilayah gerakan semata. Disinilah Aswaja, sering kali hanya dipahami sebagai sebuah dogma dan paham bermazhab, tanpa berani mempertanyakannya kembali. Namun, justru merekalah yang istiqomah (konsisten) melanggengkan tradisi-tradisi NU di tengah pergulatan masyarakat.
  2. Kedua, adalah jenis kader ideologi. Kelompok dalam tipologi ini memang secara kuantitatif lebih sedikit dibanding dengan yang pertama. Meski demikian, kader dalam kelompok ini memiliki peran vital bagi keberlangsungan perkembangan pemikiran NU. Karena dalam benak merekalah intelektualisme NU terus terpancar dan menemukan relevansinya di tengah masyarakat. Kader ideologis ini menjadi penting keberadaannya, karena merekalah creative minority yang akan menggerakkan NU pada masa mendatang.
  3. Ketiga, adalah jenis kader NU yang politis. Mereka dapat berasal dari kalangan kultur maupun ideologis. Kelompok ini dapat dikatakan sebagai politik NU di pemerintahan. Kader ini menjadi seimbang di antara kader NU kultural dan kader NU ideologis. Sehingga akan terpola sebuah dialektika kader yang akan tetap memegang persaudaraan demi tercapainya cita-cita yang digariskan oleh para pendiri NU. Namun, sampai saat ini yang dilihat kadangkala justru sebaliknya, ketiga kelompok tersebut seakan berjalan sendiri-sendiri dan kemudian yang dikorbankan adalah warga NU secara umum.
Dalam ranah praksis, sesungguhnya Aswaja perlu terus untuk ditafsirkan sesuai dengan konteks zaman. Aswaja akan menjadi sesuatu yang usang dan tidak kontekstual dengan semangat zaman saat ini bila hanya terus dikeramatkan dan tidak dikaji kembali. Sebaliknya, Aswaja mampu untuk dijadikan pemompa semangat kader NU, dalam melangkah dan berjuang, termasuk pula perjuangannya dalam bidang pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERITA GAMBAR

SUARA MAS SI MASKUT

ANSOR NEWS LETER

ANSOR NEWS//...................KADER ANSOR TUBA BARAT SIAP IKUT SERTA DALAM AJANG PEREBUTAN KURSI KPUD KABUPATEN TUBA BARAT//HINGGA KINI SK ANSOR TBB BELUM DI DIDISTRIBUSIKAN KEPADA PENGURUS//PEMBAGIAN SK PENGURUS ANSOR TUBA BARAT USAI DI TETAPKANNYA KPUD KAB TUBA BARAT// Nahdlatul Ulama akan terus menjadi benteng dalamkerukunan antar umat beragama. Hal ini dilakukan dengan terus memberikanpencerahan kepada pihak-pihak yang disinyalir menganut faham radikal,dan mengkampanyekan Islam rahmatan lil Alamin dengan cara dakwah "bil hikmah wal mauidzah al hasanah".

KOMENTAR

TINGGALKAN PESAN ANDA